Agus Akbar
lahir di Ujung Pandang (sekarang Makassar) Sul-Sel tanggal 25 Desember 1979
dari anak Nursianah dan Sulaiman seorang pedagang kecil. Jalur pedidikan mulaidari SD Mariso III, SMP Negeri I dan SMA Muhammadiyah IV Makasaar.
Kehidupan anak-anak hingga dewasa tumbuh
sebagai pemuda Makassar yang tak terlepas dari lingkungan keras, alkohol,
narkoba dan kebebasan pergaulan membuatnya terseret pengaruh lingkungan. Lalu
hijrah di salah satu perumahan di Makassar dilingkungan inilah mulai mengenal lingkungan
pendidikan karena banyak tetangga Dosen IAIN Alauddin Makassar yang sekarang
menjadi Universitas Islam Negeri. Dari lingkungan inilah hingga masuk
diperguruan tinggi IAIN Alauddin
Makassar pada fakultas Tabiyah (Pendidikan) jurusan Kependidikan Islam
(sekarang MPI) Kerena perekonomian keluarga yang sangat sederhana
sehingga
menempuh perkuliahan selama 5 tahun karena harus bekerja sebagai buruh harian
pabrik kayu.
Menyelesaikan
kuliah di tahun 2004 saat kurangnya lapangan pekerjaan serta kerasnya
persaingan kerja hingga sempat merasakan pengangguran. Sebagai anak pertama
dari empat bersaudara membutnya harus bekerja keras dan apa adanya. Selain
pernah bekerja sebagai buruh pabrik, pernah juga sebagai buruh bangunan, tukang
cat dan sales marketing kartu kredit bank swasta. Mencoba merantau di Kendari
Sultra tapi pulang dengan tangan hampa.
Untuk mengobati kegalauan hidup
lalu berkunjung dikampung nenek Kabupaten Barru Sul-Sel dan akhirnya berkenalan
dengan seorang Kepala Desa hingga akhirnya bekerja sebagai honorer staf Desa
dengan posisi Sekretaris Desa selama 2 tahun. Kesenangannya memasuki setiap
pelosok desa dan melakukan pendataan membuatnya berkenalan dengan gadis desa
bernama Asriani yang jauh lebih muda 10 tahun. Walaupun sempat ditentang keluarga
karena status sosial tidak merubah tekadnya untuk menikah dengan atas nama
cinta. Hidup di pelosok desa bersama istri tercinta cukup membuatnya bahagia
selain kerja sebagai pegawai honor sekretaris desa dirumah juga memelihara
hewan ternak seperti sapi, ayam dan itik serta ikut panen padi. Sungguh
kehidupan berbelok 180 derajat yang dulunya hidup diiruk pikuk kota Makassar
akhirnya hidup di pelosok desa sebagai masyarakat pedalaman.


Selama tugas belajar di Jakarta
tetap didampingi istri setia dan 2 anak menyelesaikan perkuliahan.
Inilah salah
satu lika-liku perjalanan hidup anak manusia, tentu setiap orangpun memiliki
perjalanan hidup yang berbeda-beda, Cuma ada yang jalannya lurus dan ada yang
penuh lika-liku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar