Oleh : AGUS AKBAR
Pendidikan
memiliki peran yang sangat penting untuk memajukan suatu bangsa. Maka perlu
memiliki sistem pendidikan yang berkualitas. Apalagi saat ini kita sudah
menjalani suatu masa yang dinamakan abad 21 yang ditandai dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat terutama teknologi informasi
dan komunikasi yang berdampak pada segala bidang telah membawa tatanan kehidupan
yang mendunia yang disebut globalisasi dimana batas antar wilayah dan negara
sudah tidak berarti lagi.
Setiap orang mempunyai akses informasi untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di negara lain. Era globalisasi menuntut kita untuk dapat bersaing di berbagai bidang. Dunia pendidikan juga perlu mengalami perubahan yang sama cepatnya dengan perubahan zaman. Untuk mencapai perubahan tersebut perlu adanya usaha maksimal untuk dapat bersaing, meningkatkan kemampuan, kapasitas dan kompetensi yang memadai guna mendukung perannya dalam pendidikan.
Setiap orang mempunyai akses informasi untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di negara lain. Era globalisasi menuntut kita untuk dapat bersaing di berbagai bidang. Dunia pendidikan juga perlu mengalami perubahan yang sama cepatnya dengan perubahan zaman. Untuk mencapai perubahan tersebut perlu adanya usaha maksimal untuk dapat bersaing, meningkatkan kemampuan, kapasitas dan kompetensi yang memadai guna mendukung perannya dalam pendidikan.
Di abad 21 ini
peran guru menjadi semakin berat dimana guru harus mampu mengantarkan peserta
didik agar menjadi pribadi yang unggul, yang mampu bertahan dan bersaing di
abad 21 ini. Guru harus memiliki kompetensi yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial kompetensi professional dan terampil
dalam tehnologi informasi dan komunikasi. Hanya dengan guru yang profesional
pendidikan dapat ditingkatkan mutunya, dan dengan pelaksanaan pendidikan yang
bermutu akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Guru merupakan
kunci utama untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Untuk dapat
bersaing di abad baru ini pendidikan harus mampu keterampilan berfikir merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran dimana siswa diajarkan untuk
berfikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif, yang
dikenal dengan Higher Orde Thinking Skill (HOTS) sesuai dengan Standar Isi
Permendikbud 22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa semua peserta didik dibekali dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerja sama.
Untuk mencapai Higher
Orde Thinking Skill (HOTS), Teknologi
Informasi dan Komunikasi
dapat dikembangkan menjadi media pembelajaran utama dan sebagai alat pengantar
pada berbagai disiplin ilmu lainnya, agar siswa dapat dan
terbiasa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat
dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar,
bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan
sikap imaginatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah
beradaptasi dengan perkembangan baru di lingkungannya.
Untuk itu pembelajaran haruslah kontekstual dimana materi pengetahuan
berhubungan dengan dunia nyata serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari atau pembelajaran dan pengalaman
yang bermakna
kepada peserta didik memahami
konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkan
dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami untuk memperoleh pengetahuan
dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi
peserta didik maka diperlukan pendekatan
multi dan interdisiplin sebagai pendekatan yang bersifat tematik integratif
(terpadu) yang relevan merupakan pendekatan suatu konsep dari suatu cabang ilmu
atau tema yang bahannya diorganisasi dari berbagai cabang ilmu sosial secara
terpadu serta pendekatan transdisciplinary yaitu dengan cara
guru mengatur kurikulum dimana fokuskan ada pada masalah-masalah ataupun
hal-hal yang menarik perhatian siswa.
Untuk
mengimplemantasikan pembelajaran tematik intgratif maka dibutuhkan model
pembelajaran yang tepat memandang manusia adalah mahluk sisioal (Humanis) yaitu
model pembelajaran kaloboratif ( calloborative learning ) suatu kegiatan
belajar antara dua orang atau lebih yang dilakukan secara bekerja sama dalam
suatu kelompok untuk memecahkan suatu masalah guna mencapai tujuan tertentu.
Pembelajaran yang kontekstual dengan koloboratif maka diperlukan suatu
pembelajaran berbasis projek yaitu sebuah model pembelajaran yang inovatif, dan lebih menekankan
pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks dan memberikan kesempatan kepada pendidik atau
guru untuk mengelola pembelajaran di kelas melalui pembelajaran kerja proyek,
kreativitas dan motivasi siswa akan meningkat yang merupakan bagian dari proses
pembelajaran yang memberi penekanan kuat pada pemecahan masalah sebagai suatu
usaha kolaboratif, yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada periode tertentu.
Kerja proyek memuat tugas-tugas
yang kompleks berdasarkan kepada pernyataan dan permasalahan (problem solving)
yang sangat menantang, dan menuntut peserta didik untuk merancang, memecahkan
masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja secara mandiri maupun kelompok.
Tujuannya adalah agar peserta didik mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan
tugas yang dihadapinya.
Untuk mengetahui pencapaian kompotensi, kelemahan, kekurangan metode dan tehnik yang digunakan serta bertujuan untuk
memotivasi siswa agar lebih giat dalam belajarnya. Maka perlu menggunakan
sistem penilaian transparan atau terbuka. Penilain transparansi menilai
keterampilan proses dan hasil belajar Sistem transparansi nilai sangat penting
dalam dunia pendidikan. Pendidikan tidak lepas dari nilai/skor. Setiap akhir
semester pasti ada suatu penilaian akhir terhadap kompetensi dasar yang telah
ditempuh oleh para siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar kita mengenal adanya
nilai kognitif, nilai afektif dan nilai psikomotorik.
Dengan kemampuan keterampilan berfikir menggunakan tehnologi
informasi sebagai media pembelajaran kontekstual disajikan dengan pendekatan
ilmiah (scaintifik) dengan pola tematik terpadu model pembelajaran bekerja sama
(kaloboratif learning) berbasis projek basic learning berdasarkan pemecahan masalah (problem
solving) dan penilaian secara transparan
maka akan merubah paradikma pembelajaran, yaitu mengajar (teacing)
menjadi belajar (learning) hingga pembelajaran berpusat pada siswa (student center)
bukan berpusat pada guru (teacher center) tidak pada ekspository akan tetapi
guru sebagai fasilitator. Sehingga semakin jelas bahwa peralihan teori clasic
menjadi teori humanistik, progresiv dan kontruksivisme yang akan mewarnai
pembelajaran abad 21.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar