Minggu, 21 September 2014

Pembelajaran Abad 21

Pembelajaran Abad 21
Oleh : AGUS AKBAR 
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk memajukan suatu bangsa. Maka perlu memiliki sistem pendidikan yang berkualitas. Apalagi saat ini kita sudah menjalani suatu masa yang dinamakan abad 21 yang ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat terutama teknologi informasi dan komunikasi yang berdampak pada segala bidang telah membawa tatanan kehidupan yang mendunia yang disebut globalisasi dimana batas antar wilayah dan negara sudah tidak berarti lagi.
Setiap orang mempunyai akses informasi untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di negara lain. Era globalisasi menuntut kita untuk dapat bersaing di berbagai bidang. Dunia pendidikan juga perlu mengalami perubahan yang sama cepatnya dengan perubahan zaman. Untuk mencapai perubahan tersebut perlu adanya usaha maksimal untuk dapat bersaing, meningkatkan kemampuan, kapasitas dan kompetensi yang memadai guna mendukung perannya dalam pendidikan.
Di abad 21 ini peran guru menjadi semakin berat dimana guru harus mampu mengantarkan peserta didik agar menjadi pribadi yang unggul, yang mampu bertahan dan bersaing di abad 21 ini. Guru harus memiliki kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial kompetensi professional dan terampil dalam tehnologi informasi dan komunikasi. Hanya dengan guru yang profesional pendidikan dapat ditingkatkan mutunya, dan dengan pelaksanaan pendidikan yang bermutu akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Guru merupakan kunci utama untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Untuk dapat bersaing di abad baru ini pendidikan harus mampu keterampilan berfikir  merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran dimana siswa diajarkan untuk berfikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif, yang dikenal dengan Higher Orde Thinking Skill (HOTS) sesuai dengan Standar Isi Permendikbud 22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa  semua peserta didik dibekali dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Untuk mencapai Higher Orde Thinking Skill (HOTS), Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat dikembangkan menjadi media pembelajaran utama dan sebagai alat pengantar pada berbagai disiplin ilmu lainnya, agar siswa dapat dan terbiasa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan baru di lingkungannya.
Untuk itu pembelajaran haruslah kontekstual dimana materi pengetahuan berhubungan dengan dunia nyata serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari atau pembelajaran dan pengalaman yang     bermakna      kepada     peserta    didik memahami konsep-konsep      yang   mereka    pelajari  melalui    pengalaman     langsung    dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan  secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik  maka diperlukan pendekatan multi dan interdisiplin sebagai pendekatan yang bersifat tematik integratif (terpadu) yang relevan merupakan pendekatan suatu konsep dari suatu cabang ilmu atau tema yang bahannya diorganisasi dari berbagai cabang ilmu sosial secara terpadu serta pendekatan transdisciplinary  yaitu dengan cara guru mengatur kurikulum dimana fokuskan ada pada masalah-masalah ataupun hal-hal yang menarik perhatian siswa.
Untuk mengimplemantasikan pembelajaran tematik intgratif maka dibutuhkan model pembelajaran yang tepat memandang manusia adalah mahluk sisioal (Humanis) yaitu model pembelajaran kaloboratif ( calloborative learning ) suatu kegiatan belajar antara dua orang atau lebih yang dilakukan secara bekerja sama dalam suatu kelompok untuk memecahkan suatu masalah guna mencapai tujuan tertentu.
Pembelajaran yang kontekstual dengan koloboratif maka diperlukan suatu pembelajaran berbasis projek yaitu sebuah model pembelajaran yang inovatif, dan lebih menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks dan  memberikan kesempatan kepada pendidik atau guru untuk mengelola pembelajaran di kelas melalui pembelajaran kerja proyek, kreativitas dan motivasi siswa akan meningkat yang merupakan bagian dari proses pembelajaran yang memberi penekanan kuat pada pemecahan masalah sebagai suatu usaha kolaboratif, yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada periode tertentu.
Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pernyataan dan permasalahan (problem solving) yang sangat menantang, dan menuntut peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja secara mandiri maupun kelompok. Tujuannya adalah agar peserta didik mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya.
Untuk mengetahui pencapaian kompotensi, kelemahan,  kekurangan metode dan tehnik  yang digunakan serta bertujuan untuk memotivasi siswa agar lebih giat dalam belajarnya. Maka perlu menggunakan sistem penilaian transparan atau terbuka. Penilain transparansi menilai keterampilan proses dan hasil belajar Sistem transparansi nilai sangat penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan tidak lepas dari nilai/skor. Setiap akhir semester pasti ada suatu penilaian akhir terhadap kompetensi dasar yang telah ditempuh oleh para siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar kita mengenal adanya nilai kognitif, nilai afektif dan nilai psikomotorik.
 Dengan kemampuan keterampilan berfikir menggunakan tehnologi informasi sebagai media pembelajaran kontekstual disajikan dengan pendekatan ilmiah (scaintifik) dengan pola tematik terpadu model pembelajaran bekerja sama (kaloboratif learning) berbasis projek basic learning  berdasarkan pemecahan masalah (problem solving) dan penilaian secara transparan  maka akan merubah paradikma pembelajaran, yaitu mengajar (teacing) menjadi belajar (learning) hingga pembelajaran berpusat pada siswa (student center) bukan berpusat pada guru (teacher center) tidak pada ekspository akan tetapi guru sebagai fasilitator. Sehingga semakin jelas bahwa peralihan teori clasic menjadi teori humanistik, progresiv dan kontruksivisme yang akan mewarnai pembelajaran abad 21.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar