Minggu, 21 September 2014

Konsep Diri Secara Umum dan Konsep Diri Pada Anak di Sekolah Dasar

A.   Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan.
Konsep diri dapat digambarkan sebagai sistem operasi yang menjalankan komputer mental yang memengaruhi kemampuan berfikir seseorang. Setelah ter-instal, konsep diri akan masuk ke pikiran bawah sadar dan akan berpengaruh terhadap tingkat kesadaran seseorang pada suatu waktu.
Semakin baik atau positif konsep diri seseorang maka akan semakin mudah ia mencapai keberhasilan. Sebab dengan konsep diri yang baik / positif, seseorang akan bersifat optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses dan berani pula gagal, penuh percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, serta berfikir dan bersikap secara positif. Sebaliknya semakin jelak atau negatif konsep diri maka akan semakin sulit seseorang untuk berhasil. Sebab dengan konsep diri yang jelek / negatif akan mengakibatkan tumbuh rasa tidak percaya diri, takut gagal sehingga tidak berani mencoba hal-hal yang baru dan menantang, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berguna, pesimis, serta berbagai perasaan da perilaku inferior lainnya.
  
B.     Konsep Diri dan Harga Diri
Harga diri adalah evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara posotif atau negatif. Evaluasi individu tersebut terlihat dari penghargaan yang ia berikan terhadap eksistensi dan keberartian dirinya. Individu yang memiliki harga diri positif akan menerima dan menghargai dirinya sendiri sebagaimana adanya serta tidak cepat-cepat menyalahkan dirinya atas kesalahan atau ketidaksempurnaan dirinya. Ia selalu merasa puas dan bangga dengan hasil karyanya sendiri dan selalu percaya diri dalam menghadapi berbagai tantangan. Sebaliknya individu yang memiliki harga diri negatif merasa dirinya tidak berguna, tidak berharga, dan selalu menyalahkan dirinya atas ketidaksempurnaan dirinya. Ia cenderubg tidak percaya diri dalam melakukan setiap tugas dan tidak yakin dengan ide-ide yang dimilikinya (Santrock, 1998).

C.    Dimensi Konsep Diri
Calhoun dan acocella (1990) menyebutkan 3 dimensi utama konsep diri yaitu : demensi pengetahuan, dimensi pengharapan dan dimensi penilaian.
Pengetahuan, dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang diri sendiri atau penjelasan dari “siapa saya” yang akan memberi gambaran tentang diri saya. Gambaran diri tersebut merupakan kesimpulan dari pandangan kita dalam berbagai peran yang kita pegang sebagai orang tua, suami atau istri, karyawan, pelajar dan seterusnya. Pandangan kita tentang watak kepribadian yang kita arasakan pada diri kita, seperti jujur, setia, bersahabat, gembira, aktif dan seterusnya. Pandangan kita tentang sikap yang ada pada diri kita, kemepuan yang kita miliki, kecakapan yang kita kuasai dan berbagai karakteristik lainnya yang kita lihat melekat pada diri kita. Singkatnya dimensi pengetahuan (kognitif) dari konsep diri mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita sebagai pribadi, seperti “saya pintar”, “saya cantik”, “saya anak baik”, dan seterusnya.
Persepsi kita tentang diri kita seringkali tidak sama dengan kenyataan adanya diri yang sebenarnya. Penglihatan tentang diri kita hanyalah merupakan rumusan, definisi atau versi subjektif pribadi kita tentang diri kita sendiri. Penglihatan itu dapat sesuai atau tidak sesuai dengan kenyataan diri kita yang sesungguhnya.
Harapan, dimensi kedua dari konsep diri adalah harapan atau diri yang dicita-citakan dimasa depan. Ketika kita mempunyai sejumlah pandangan tentang siapa kita sebenarnya, pada saat yang sama kita juga mempunyai sejumlah pandangan lain tentang kemungkinan menjadi apa diri kita di masa mendatang. Singkatnya kita juge mempunyai pengharapan bagi diri kita sendiri. Pengharapan ini merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri yang dicita-citakan.
Cita-cita diri (self-ideal) terdiri atas dambaan, aspirasi, harapan, keinginan bagi diri kita, atau menjadi manusia seperti apa yang kita inginkan. Harapan atau cita-cita diri akan membangkitkan kekuatan yang mendorong anda menuju masa depan dan akan memandu aktivitas anda dalam perjalanan hidup anda. Apapun standar diri ideal yang anda tetapkan, sadar atau tidak anda akan senantiasa berusaha untuk dapat memenuhinya.
Penilaian, dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri. Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi. Menurut Calhoun dan Acocella (1990), setiap hari kita berperan sebagai penilai tentang diri kita sendiri, menilai apakah kita bertentangan : 1) pengharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat menjadi apa), 2) standar yang kita tetapkan pada diri kita sendiri (saya seharusnya menjadi apa). Hasil dari penilaian tersebut membentuk apa yang disebut dengan rasa harga diri, yaitu seberapa besar kita menyukai diri kita sendiri. Orang yang hidup dengan standar dan harapan-harapan untuk dirinya sendiri yang menyukai siapa dirinya, apa yang sedang dikerjakannya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa penilaian akan membentuk penerimaan terhadap diri (self-acceptance), serta harga diri (self-asteem) seseorang.
Ketiga demnsi konsep diri di atas bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Tingkat harga diri kita dipengaruhi oleh gambaran diri: apakah diri kita sebagaimana yang kita lihat dan cita-cita diri: diri macam apa yang kita inginkan. Semakin lebar jurang antara gambaran diri dan cita-cita diri semakin rendah harga diri. Sebaliknya ada kesesuaian antara gambaran diri dan cita-cita diri, tetapi jangan sama. Bila terdapat kesamaan maka orang yang bersangkutan akan mencapai tahap kepenuhan. Seseorang yang merasa sudah tercapai cita-cita dirinya, tidak terdorong untuk meningkatkan diri dan meraih prestasi yang lebih tinggi. Sebaliknya apabila terdapat jurang yang terlalu lebar antara gambaran diri dan cita-cita diri, maka orang yang bersangkutan akan menderita “penyakit” menolak diri (self-rejection), yang sering terjadi pada orang yang kurang sehat secara psikologis dan tidak mampu menyesuaikan diri.

D.    Konsep Diri dan Perilaku Anak di Sekolah Dasar
Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku anak di sekolah dasar. Bagaimana anak memandang dirinya akan tercermindari keseluruhan perilakunya. Artinya perilaku individu akan  selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri. Apakah individu memandang dirinya sebagai orang yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk melakukan suatu tugas, maka seluruh perilakunya akan menunjukkan ketidakmampuan tersebut. Menurtu Felker (1974), terdapat tiga peranan penting konsep diri dalam menentukan perilaku seseorang, yaitu :
Pertama , self-concept as maintainer of inner consistency. Konsep dirimemainkan peranan dalam mempertahankan keselarasan batin seseorang. Individu senantiasa berusaha untuk mempertahankan keselarasan batinnya. Bila individu memiliki ide, perasaan, persepsi atau pikiran yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan tersebut, individu akan mengubah perilaku atau memilih suatu sistem untuk mempertahankan kesesuaian individu dengan lingkungannya. Cara menjaga kesesuaian tersebut dapat dilakukan dengan menolak gambaran yang diberikan oleh lingkungannya mengenai dirinya atau individu berusaha mengubah dirinya seperti apa yang diungkapkan lingkungan sebagai cara untuk menjelaskan kesesuaian dirinya dengan lingkungannya.
Kedua, self-cencept as an interpretation of experience. Konsep diri menentukan bagaimana individu memberikan penafsiran atas pengalamannya. Seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi individu tersebut dalam menafsirkan pengalamannya. Sebuah kejadian akan ditafsirkan secara berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya, karena masing-masing individu mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda terhadap diri mereka. Tafsiran negatif terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pendangan dan sikap negatif terhadap dirinya sendiri. Sebaliknya, tafsiran positif terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pandangan dan sikap positif terhadap dirinya.
Ketiga, self-concept as set of expectation. Konsep diri juga berperan sebagai penentu pengharapan individu. Pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Bahkan Mccandles sebagaimana dikutip Felker (1974) menyebutkan bahwa konsep dir seperangkat harapan-harapan dan evaluasi terhadap perilaku yang merujuk pada harapan-harapan tersebut. Siswa yang cemas dalam menghadapi ujian akhir dengan mengatakan “saya sebenarnya anak bodoh, pasti saya tidak akan mendapat niali yang baik”, sesungguhnya sudah mencerminkan harapan apa yang akan terjadi dengan hasil ujiannya. Ungkapan tersebut menunjukkan keyakinannya bahwa ia tidak mempunyai kemampuan untuk memperoleh nilai yang baik. Keyakinan tersebut mencerminkan sikap dan pandangan negatif terhadap dirinya sendiri. Pandangan negatif terhadap dirinya menyebabkan individu mengharapkan tingkah keberhasilan yang akan dicapai hanya pada taraf yang rendah. Patokan yang rendah tersebut menyebabkan individu bersangkutan tidak mempunyai motivasi untuk mencapai prestasi yang gemilang (Pudjijogyanti, 1988).

E.     Konsep Diri dan Prestasi Belajar Anak di Sekolah Dasar
Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan bahwa konsep diri dan prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat misalnya, mengemukakan bahwa banyak penelitian yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar di sekolah. Siswa yang memiliki konsep diri positif memperlihatkan prestasi yang baik di sekolah, atau siswa yang berprestasi tinggi di sekolah memiliki penilaian diri yang tinggi, serta menunjukkan hubungan antarpribadi yang positif pula. Mereka menentukan target prestasi belajar yang realistis dan mengarahkan kecemasan akademis dengan belajar keras dan tekun, serta aktivitas-aktivitas mereka selalu diarahkan pada kegiatan akademis. Mereka juga memperlihatkan kemandirian dalam belajar, sehingga tidak tergantung kepada guru semata.
Konsep diri dan prestasi belajar siswa di sekolah dasar mempunyai hubungan yang sangat erat. Siswa yang berprestasi tinggi cenderung memiliki konsep diri yang berbeda dengan siswa yang berprestasi rendah. Siswa yang berprestasi rendah akan memandang diri mereka sebagai orang yang tidak mempunyai kemampuan dan kurang dapat melakukan penyesuaian diri yang kuat dengan siswa lain. Mereka juga cenderung memandang orang-orang di sekitarnya sebagai lingkungan yang tidak dapat menerimanya.
Siswa yang memandang dirinya negatif ini, pada gilirannya akan menganggap keberhasilan yang dicapai bukan karena kemampuan yang dimilikinya, melainkan lebih mereka kebetulan atau karena faktor positif, akan menganggap keberhasilan sebagai hasil kerja keras dan karena faktor kemampuannya.

F.     Karakteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik Anak Sekolah Dasar
Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Kita tidak dilahirkan dengan konsep diri tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak mamiliki konsep diri, tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak mamiliki penghargaan bagi diri kita kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian apa pun terhadap diri kita sendiri.

Dengan demikian, konsep diri terbentuk malalui proses belajar yang berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa. Ligkungan, pengalaman, dan pola asuh orangtua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan konsep diri seseorang. Sikap dan respons orangtua serta lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru atau negatif, seperti perilaku orangtua yang suka memukul, mengabaikan, kurang memberikan kasih sayang, melecehkan, menghina, tidak berlaku adil, dan seterusnya. Ditambah dengan lingkungan yang kurang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini adalah karena anak cenderung menilai dirinya berdasarkan apa yang ia alami dan dapatkan dari lingkungannya. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya berharga, sehingga berkembang konsep diri yang positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar