Konsep
diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan
penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas
bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa
tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia
sebagaimana yang kita harapkan.
Konsep
diri dapat digambarkan sebagai sistem operasi yang menjalankan komputer mental
yang memengaruhi kemampuan berfikir seseorang. Setelah ter-instal, konsep diri akan masuk ke pikiran bawah sadar dan akan
berpengaruh terhadap tingkat kesadaran seseorang pada suatu waktu.
Semakin baik
atau positif konsep diri seseorang maka akan semakin mudah ia mencapai
keberhasilan. Sebab dengan konsep diri yang baik / positif, seseorang akan
bersifat optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses dan berani pula
gagal, penuh percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan
tujuan hidup, serta berfikir dan bersikap secara positif. Sebaliknya semakin
jelak atau negatif konsep diri maka akan semakin sulit seseorang untuk
berhasil. Sebab dengan konsep diri yang jelek / negatif akan mengakibatkan
tumbuh rasa tidak percaya diri, takut gagal sehingga tidak berani mencoba
hal-hal yang baru dan menantang, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri
tidak berguna, pesimis, serta berbagai perasaan da perilaku inferior lainnya.
B. Konsep
Diri dan Harga Diri
Harga
diri adalah evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara posotif atau
negatif. Evaluasi individu tersebut terlihat dari penghargaan yang ia berikan
terhadap eksistensi dan keberartian dirinya. Individu yang memiliki harga diri
positif akan menerima dan menghargai dirinya sendiri sebagaimana adanya serta
tidak cepat-cepat menyalahkan dirinya atas kesalahan atau ketidaksempurnaan
dirinya. Ia selalu merasa puas dan bangga dengan hasil karyanya sendiri dan
selalu percaya diri dalam menghadapi berbagai tantangan. Sebaliknya individu
yang memiliki harga diri negatif merasa dirinya tidak berguna, tidak berharga,
dan selalu menyalahkan dirinya atas ketidaksempurnaan dirinya. Ia cenderubg
tidak percaya diri dalam melakukan setiap tugas dan tidak yakin dengan ide-ide
yang dimilikinya (Santrock, 1998).
C. Dimensi
Konsep Diri
Calhoun
dan acocella (1990) menyebutkan 3 dimensi utama konsep diri yaitu : demensi pengetahuan, dimensi pengharapan dan dimensi penilaian.
Pengetahuan, dimensi pertama dari konsep diri
adalah apa yang kita ketahui tentang diri sendiri atau penjelasan dari “siapa
saya” yang akan memberi gambaran tentang diri saya. Gambaran diri tersebut
merupakan kesimpulan dari pandangan kita dalam berbagai peran yang kita pegang
sebagai orang tua, suami atau istri, karyawan, pelajar dan seterusnya.
Pandangan kita tentang watak kepribadian yang kita arasakan pada diri kita,
seperti jujur, setia, bersahabat, gembira, aktif dan seterusnya. Pandangan kita
tentang sikap yang ada pada diri kita, kemepuan yang kita miliki, kecakapan
yang kita kuasai dan berbagai karakteristik lainnya yang kita lihat melekat
pada diri kita. Singkatnya dimensi pengetahuan (kognitif) dari konsep diri
mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita sebagai pribadi,
seperti “saya pintar”, “saya cantik”, “saya anak baik”, dan seterusnya.
Persepsi
kita tentang diri kita seringkali tidak sama dengan kenyataan adanya diri yang
sebenarnya. Penglihatan tentang diri kita hanyalah merupakan rumusan, definisi
atau versi subjektif pribadi kita tentang diri kita sendiri. Penglihatan itu
dapat sesuai atau tidak sesuai dengan kenyataan diri kita yang sesungguhnya.
Harapan, dimensi kedua dari konsep diri
adalah harapan atau diri yang dicita-citakan dimasa depan. Ketika kita
mempunyai sejumlah pandangan tentang siapa kita sebenarnya, pada saat yang sama
kita juga mempunyai sejumlah pandangan lain tentang kemungkinan menjadi apa
diri kita di masa mendatang. Singkatnya kita juge mempunyai pengharapan bagi
diri kita sendiri. Pengharapan ini merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri
yang dicita-citakan.
Cita-cita
diri (self-ideal) terdiri atas dambaan, aspirasi, harapan, keinginan bagi diri
kita, atau menjadi manusia seperti apa yang kita inginkan. Harapan atau
cita-cita diri akan membangkitkan kekuatan yang mendorong anda menuju masa
depan dan akan memandu aktivitas anda dalam perjalanan hidup anda. Apapun
standar diri ideal yang anda tetapkan, sadar atau tidak anda akan senantiasa
berusaha untuk dapat memenuhinya.
Penilaian, dimensi ketiga konsep diri adalah
penilaian kita terhadap diri kita sendiri. Penilaian diri sendiri merupakan
pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi. Menurut
Calhoun dan Acocella (1990), setiap hari kita berperan sebagai penilai tentang
diri kita sendiri, menilai apakah kita bertentangan : 1) pengharapan bagi diri
kita sendiri (saya dapat menjadi apa), 2) standar yang kita tetapkan pada diri
kita sendiri (saya seharusnya menjadi apa). Hasil dari penilaian tersebut
membentuk apa yang disebut dengan rasa harga diri, yaitu seberapa besar kita
menyukai diri kita sendiri. Orang yang hidup dengan standar dan harapan-harapan
untuk dirinya sendiri yang menyukai siapa dirinya, apa yang sedang
dikerjakannya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa penilaian akan membentuk
penerimaan terhadap diri (self-acceptance), serta harga diri (self-asteem)
seseorang.
Ketiga
demnsi konsep diri di atas bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan
satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain.
Tingkat harga diri kita dipengaruhi oleh gambaran diri: apakah diri kita
sebagaimana yang kita lihat dan cita-cita diri: diri macam apa yang kita
inginkan. Semakin lebar jurang antara gambaran diri dan cita-cita diri semakin
rendah harga diri. Sebaliknya ada kesesuaian antara gambaran diri dan cita-cita
diri, tetapi jangan sama. Bila terdapat kesamaan maka orang yang bersangkutan
akan mencapai tahap kepenuhan. Seseorang yang merasa sudah tercapai cita-cita
dirinya, tidak terdorong untuk meningkatkan diri dan meraih prestasi yang lebih
tinggi. Sebaliknya apabila terdapat jurang yang terlalu lebar antara gambaran
diri dan cita-cita diri, maka orang yang bersangkutan akan menderita “penyakit”
menolak diri (self-rejection), yang sering terjadi pada orang yang kurang sehat
secara psikologis dan tidak mampu menyesuaikan diri.
D. Konsep
Diri dan Perilaku Anak di Sekolah Dasar
Konsep
diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku anak di sekolah
dasar. Bagaimana anak memandang dirinya akan tercermindari keseluruhan
perilakunya. Artinya perilaku individu akan
selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri. Apakah individu
memandang dirinya sebagai orang yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk
melakukan suatu tugas, maka seluruh perilakunya akan menunjukkan ketidakmampuan
tersebut. Menurtu Felker (1974), terdapat tiga peranan penting konsep diri
dalam menentukan perilaku seseorang, yaitu :
Pertama , self-concept as maintainer of inner consistency. Konsep
dirimemainkan peranan dalam mempertahankan keselarasan batin seseorang.
Individu senantiasa berusaha untuk mempertahankan keselarasan batinnya. Bila
individu memiliki ide, perasaan, persepsi atau pikiran yang tidak seimbang atau
saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak
menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan tersebut, individu akan
mengubah perilaku atau memilih suatu sistem untuk mempertahankan kesesuaian
individu dengan lingkungannya. Cara menjaga kesesuaian tersebut dapat dilakukan
dengan menolak gambaran yang diberikan oleh lingkungannya mengenai dirinya atau
individu berusaha mengubah dirinya seperti apa yang diungkapkan lingkungan
sebagai cara untuk menjelaskan kesesuaian dirinya dengan lingkungannya.
Kedua, self-cencept as an interpretation of experience. Konsep diri
menentukan bagaimana individu memberikan penafsiran atas pengalamannya. Seluruh
sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi individu
tersebut dalam menafsirkan pengalamannya. Sebuah kejadian akan ditafsirkan
secara berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya, karena
masing-masing individu mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda terhadap diri
mereka. Tafsiran negatif terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pendangan
dan sikap negatif terhadap dirinya sendiri. Sebaliknya, tafsiran positif
terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pandangan dan sikap positif terhadap
dirinya.
Ketiga, self-concept as set of expectation. Konsep diri juga berperan
sebagai penentu pengharapan individu. Pengharapan ini merupakan inti dari
konsep diri. Bahkan Mccandles sebagaimana dikutip Felker (1974) menyebutkan
bahwa konsep dir seperangkat harapan-harapan dan evaluasi terhadap perilaku
yang merujuk pada harapan-harapan tersebut. Siswa yang cemas dalam menghadapi
ujian akhir dengan mengatakan “saya sebenarnya anak bodoh, pasti saya tidak
akan mendapat niali yang baik”, sesungguhnya sudah mencerminkan harapan apa
yang akan terjadi dengan hasil ujiannya. Ungkapan tersebut menunjukkan
keyakinannya bahwa ia tidak mempunyai kemampuan untuk memperoleh nilai yang
baik. Keyakinan tersebut mencerminkan sikap dan pandangan negatif terhadap
dirinya sendiri. Pandangan negatif terhadap dirinya menyebabkan individu
mengharapkan tingkah keberhasilan yang akan dicapai hanya pada taraf yang
rendah. Patokan yang rendah tersebut menyebabkan individu bersangkutan tidak
mempunyai motivasi untuk mencapai prestasi yang gemilang (Pudjijogyanti, 1988).
E. Konsep
Diri dan Prestasi Belajar Anak di Sekolah Dasar
Sejumlah
ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan bahwa konsep diri dan prestasi
belajar mempunyai hubungan yang erat misalnya, mengemukakan bahwa banyak
penelitian yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara konsep diri
dengan prestasi belajar di sekolah. Siswa yang memiliki konsep diri positif
memperlihatkan prestasi yang baik di sekolah, atau siswa yang berprestasi
tinggi di sekolah memiliki penilaian diri yang tinggi, serta menunjukkan
hubungan antarpribadi yang positif pula. Mereka menentukan target prestasi
belajar yang realistis dan mengarahkan kecemasan akademis dengan belajar keras
dan tekun, serta aktivitas-aktivitas mereka selalu diarahkan pada kegiatan
akademis. Mereka juga memperlihatkan kemandirian dalam belajar, sehingga tidak
tergantung kepada guru semata.
Konsep
diri dan prestasi belajar siswa di sekolah dasar mempunyai hubungan yang sangat
erat. Siswa yang berprestasi tinggi cenderung memiliki konsep diri yang berbeda
dengan siswa yang berprestasi rendah. Siswa yang berprestasi rendah akan memandang
diri mereka sebagai orang yang tidak mempunyai kemampuan dan kurang dapat
melakukan penyesuaian diri yang kuat dengan siswa lain. Mereka juga cenderung
memandang orang-orang di sekitarnya sebagai lingkungan yang tidak dapat
menerimanya.
Siswa
yang memandang dirinya negatif ini, pada gilirannya akan menganggap
keberhasilan yang dicapai bukan karena kemampuan yang dimilikinya, melainkan
lebih mereka kebetulan atau karena faktor positif, akan menganggap keberhasilan
sebagai hasil kerja keras dan karena faktor kemampuannya.
F. Karakteristik
Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik Anak Sekolah Dasar
Konsep
diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Kita tidak dilahirkan dengan
konsep diri tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak mamiliki konsep diri,
tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak mamiliki penghargaan bagi
diri kita kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian apa pun terhadap diri
kita sendiri.
Dengan
demikian, konsep diri terbentuk malalui proses belajar yang berlangsung sejak
masa pertumbuhan hingga dewasa. Ligkungan, pengalaman, dan pola asuh orangtua
turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan konsep diri
seseorang. Sikap dan respons orangtua serta lingkungan akan menjadi bahan
informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Anak-anak yang tumbuh dan
dibesarkan dalam pola asuh yang keliru atau negatif, seperti perilaku orangtua
yang suka memukul, mengabaikan, kurang memberikan kasih sayang, melecehkan,
menghina, tidak berlaku adil, dan seterusnya. Ditambah dengan lingkungan yang
kurang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini adalah
karena anak cenderung menilai dirinya berdasarkan apa yang ia alami dan
dapatkan dari lingkungannya. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif,
maka anak akan merasa dirinya berharga, sehingga berkembang konsep diri yang
positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar